Wednesday, August 6, 2008

Mengungkap sejarah kerajaan/kesultanan Buton

Ada berita yang menarik perhatian saya, ketika membaca berita Kendari Ekspres, yaitu pernyataan ketua DPRD Buton, Umar Samiun yang ingin menganggarkan 20 miliar untuk memperjelas sejarah Buton.

Berita tsb cukup menggembirakan sekaligus memprihatinkan saya sebagai akademisi. Yang menggembirakan, adalah ada kemauan DPRD untuk memperjelas sejarah. Yang memprihatinkan adalah bahwa keinginan untuk menggali sejarah tsb akan diselesaikan layaknya mengerjakan sebuah proyek fisik seperti jembatan atau gedung, begitu dianggarkan maka bentuk akhirnya sudah bisa dibayangkan. Padahal penelitian sejarah tak bisa ditebak hasilnya, karena semua bergantung pada ketersediaan peninggalan-peninggalan sejarah. Kesimpulan akhirnya tak bisa didapatkan dengan segera karena semua bukti-bukti tsb harus diteliti secara hati-hati. Jadi proses penelitian sejarah butuh kesinambungan. Temuan pada suatu waktu boleh jadi akan berubah jika ada temuan lain yang menguatkan atau malah bertentangan. Jadi sejarah Buton tak bisa disusun dalam sekejap dengan mengandalkan uang 20 miliar untuk mendatangkan pakar. Meneliti sejarah tidak bisa instan, butuh waktu lama, perlu ketelatenan, perlu banyak sumber daya manusia. Saya sangat setuju dengan dana yang besar tersebut, tetapi penggunaanya harus dirancang secara cermat.

Sebelum melangkah terlalu jauh, kita harus merumuskan apa yang paling penting untuk diteliti tentang sejarah kesultanan Buton. Hal yang paling penting menurut saya adalah mengungkap secara jelas tata aturan ketatanegaraan kesultanan, struktur pemerintahan, tata krama pergaulan masa itu, tata hubungan antara sultan dan rakyat, norma-norma dalam masyarakat, dll. Hal tsb sangat penting sebagai pelajaran bagi generasi sekarang dan akan datang dalam mengelola daerah maupun dalam tata hubungan kemasyarakatan.

Penelitian sejarah kesultanan Buton ini dapat dibagi dalam
  1. Mengumpulkan dan mendata semua naskah-naskah yang terkait dengan kesultanan buton baik yang ada dilingkup kesultanan maupun di luar kesultanan seperti yg telah sama kita ketahui bahwa ada beberapa naskah surat sultan Buton kepada perwakilan Belanda saat itu yg masih tersimpan di perpustakaan salah satu universitas di Belanda.
  2. Merawat naskah-naskah yang berpotensi rusak karena termakan usia. Perawatan naskah tsb dapat melibatkan ahli-ahli khusus mengenai itu, bahkan dapat mengusulkan kepada UNESCO agar naskah2 tsb agar menjadi salah satu peradaban tua yang terancam rusak karena usia. Dengan demikian UNESCO akan ikut membantu mengirimkan ahli-ahli dalam merawat naskah tsb. Sebab merawat naskah tsb butuk keahlian dan teknologi termasuk dana yang cukup besar. Tapi naskah tsb terlalu penting dibanding uang miliaran.
  3. Melakukan transliterasi, penerjemahan, dan reproduksi naskah-naskah tsb. Pemda dapat mendanai proses transliterasi dan penerjemahan naskah-naskah tsb. Untuk proses ini kita tak perlu mendatangkan ahli dari luar, cukup peneliti-peneliti sejarah dan pernaskahan yang tersebar di perguran tinggi negeri maupun swasta di sultra. Bahkan pemda dapat membuat semacam bantuan biaya penelitian bagi mahasiswa tingkat akhir yang ingin meneliti naskah tsb sebagai skripsi, tesis bahkan untuk disertasi doktoral. Jadi yang diperbanyak adalah jumlah orang yang paham akan sejarah buton. Secara kumulatif akan mengungkap sejarah kesultanan Buton. Hasil-hasil penelitian tsb dapat dibukukan dan dipublikasikan dalam jurnal-jurnal ilmiah agar nilai-nilai yang terkandung dalam naskah tsb diketahui oleh akademisi, sejarawan bahkan masyarakat luas.
  4. Membuat semacam perpustakaan naskah.
  5. Diseminasi hasil-hasil penelitian sejarah/naskah kesultanan Buton. Secara gradual mungkin tiap tahun, pemda dapat membuat simposium/seminar sebagai wadah para peneliti naskah Buton untuk menjelaskan hasil penelitiannya. Hasil penelitian atas naskah tsb bersifat unik. Jadi jenis seminarnya bisa seminar nasional, bahkan dapat didesain menjadi seminar internasional dengan mengusung tema Sejarah Kerajaan Melayu Nusantara atau tema lain. Yakinlah, banyak peneliti sejarah yang akan datang pada forum itu karena naskah2 Buton sudah dikenal sebagai salah satu simpul mengetahui penyebaran islam dan penyebaran kerajaan Melayu di kawasan Asia.

Dengan 5 kelompok kegiatan tsb, sejarah kesultanan Buton akan terungkap secara jujur, dan memenuhi kaidah2 akademik sehingga tak akan menimbulkan banyak pertentangan-pertentangan. Bahkan akan memperjelas bagaimana sesungguhnya peranan Kesultanan Buton pada masa lalu dalam percaturan politik kawasan nusantara dan yang lebih penting lagi sebagai Kesultanan Islam, akan memperjelas pola penyebaran islam di nusantara. Karena sampai saat ini tidak jelas bagaimana islam masuk di sana. Apakah dari semenanjung sumatera, jawa, atau bahkan boleh jadi ada dengan mengetahui jenis tarekat yang diamalkan dalam lingkup kesultanan pada saat itu dapat dilacak akarnya di Timur Tengah.

Oh yah sekitar tahun 1999 saya pernah ketemu mahasiswa pasca sarjana IAIN di jogja. Dia, orang medan, yang meneliti tentang sejarah masuknya islam di indonesia melalui praktek amalan-amalannya. Dia cukup surprise begitu melihat naskah kuno bahwa ada suatu jenis tarekat yang diamalkan di Kerajaan Buton saat itu, yang tak ada kesamaan dengan yang diamalkan di kerajaan2 islam lain di nusantara. Artinya apa? Patut diduga, kesultanan buton mengenal islam tidak melalui jalur norma yang masuk di indonesia yaitu melalui pesisir sumatra, tapi langsung berhubungan timur tengah. Karena tarekat tsb hanya diamalkan di sana pada masa itu. Temuan itu meski masih sekedar obrolan lisan, bagi saya menimbulkan suatu makna bahwa meneliti naskah kuno kesultanan Buton sangat penting untuk memperjelas dari mana mereka mengenal islam. Konteks temuan/isu ini tak boleh diletakkan pada sesuatu yang ingin dibanggakan, tetapi bagaimana membantu para peneliti sejarah perkembangan islam di Asia, tentang bagaimana islam masuk di nusantara. Salah satu caranya dengan mengetahui pola ajaran islam yang diamalkan pada masa itu.

Semoga penelitian sejarah masa lalu diletakkan pada konteks yang tepat yaitu untuk mengetahui alur sejarah masa lalu, menemukan nilai-nilai yang diterapkan pada masa itu, dan mengambil hikmah dari keunggulan dan kesalahan kerajaan masa lalu. Agar kita mampu menghadapi tantangan masa kini sebagai wilayah lokal maupun sebagai bangsa indonesia.

No comments: