Tuesday, August 19, 2008

Kanker Hati Dapat Diprediksi Dini

Risiko Paling Membahayakan dari Hepatitis B
Diambil dari rubrik jawapos online edisi Minggu, 17 Agustus 2008

TES laboratorium terhadap virus hepatitis dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis. Sebab, pengobatan tidak tuntas menyebabkan risiko kanker hati membayangi penderita hepatitis B.

Menurut Prof dr Retno Handajani MS PhD, virus hepatitis B (VHB) tergolong virus DNA. Penyebab hepatitis akut maupun kronis itu tersebar luas di dunia. Jumlah penderita carrier -pembawa dan dapat menularkan infeksi VHB kronis- berkisar 350 juta penduduk di dunia.

Indonesia, menurut peneliti dari Institute of Tropical Disease Unair Surabaya itu, tergolong negara endemis hepatitis B cukup tinggi. Ditambah HBsAg-emia berkisar 3-20 persen. Memang, penanda serologis untuk infeksi VHB aktif adalah keberadaan antigen dari daerah S (surface) VHB (HBsAg). Nah, penderita dengan HBsAg yang tidak menghilang dalam waktu 6 bulan akan menjadi pembawa VHB kronis.

Dokter Hadi Wandono SpPD menambahkan, hepatitis B dibagi dua fase. Akut dan kronis. Fase akut terhitung sejak terjadi infeksi hingga enam bulan. Jika dilakukan tes laboratorium, fungsi hati mulai terganggu. ''Dengan pengobatan intensif, sekitar 90 persen pasien pada masa fase akut ini bisa sembuh total,'' kata spesialis penyakit dalam RSU Haji, Surabaya, itu.

Menurut Hadi, sekitar 5-10 persen pasien hepatitis B akut menjadi kronis. Dikatakan kronis jika setelah menjalani pengobatan selama enam bulan VHB masih terdapat di tubuh pasien. Hepatitis B kronis dapat berlanjut menjadi sirosis hati. Penderita itu mempunyai risiko tinggi, lebih dari 100 kali, untuk berkembang menjadi kanker hati (karsinoma hepatoseluler). ''Bahkan, dari data penelitian, 80 persen penyebab karsinoma hepatoseluler adalah VHB,'' kata Retno. Satu persen dari penderita hepatitis B kronis, tambah Hadi, langsung terserang kanker hati tanpa sirosis terlebih dahulu.

Bagaimana pemeriksaannya? Hepatitis (radang hati) secara umum akan mengakibatkan kenaikan kadar SGPT, bilirubin, dan SGOT. Pemeriksaan tersebut sering dilakukan untuk mengetahui gangguan fungsi hati dan memonitor perbaikan hepatitis. Masih ada penanda lain dari virus yang lazim digunakan untuk tes diagnostik.

Keberhasilan terapi infeksi VHB dinilai dari hilangnya DNA VHB. Genotip maupun mutasi VHB pada daerah tertentu dari gen virus sering berperan pada perjalanan penyakit maupun terjadinya kanker hati. ''Mutasi virus juga dapat terjadi pada periode pengobatan,'' tegas Retno.

Nah, genotip maupun mutasi VHB pada daerah tertentu dari gen VHB dapat diperiksa dengan teknik polymerase chain reaction (PCR). Kemungkinan terjadinya kanker hati pun dapat diwaspadai lebih dini.

Di Surabaya, pemeriksaan PCR dapat dilakukan di Institute of Tropical Disease Unair, Surabaya. ''Pemeriksaan PCR ini bersifat spesifik. Ada atau tidaknya kemungkinan mutasi gen hingga berdampak kanker hati memungkinkan diprediksi. Jika diketahui lebih awal, diharapkan pengobatan akan tuntas,'' terangnya.

No comments: